oleh

Catatan dari Songgoriti, Sebuah Opini Muslim Arbi

Catatan dari Songgoriti. Oleh: Muslim Arbi, Gerakan Perubahan

Tahun 2018 telah berlalu tadi malam; tepat pukul 00.00. Baik di Indonesia Timur, Tengah maupun Barat. Begitu juga di Dunia lain di Luar Negeri.

Selamat Datang Baru 2019 Masehi. Selamat datang Tahun Politik karena 17 April 2019 akan diadakan bersamaan Pemilihan Anggota Legislatif maupun Pemilihan Presiden.

Sejumlah catatan bisa saja di buat dalam daftar panjang persoalan bangsa ini. Yang meliputi idelogi, sosial politik, ekonomi dan pertahanan kemanan.

Tapi yang jelas; satu hal yang sangat menonjol adalah Presiden yang di hasilkan dari Pilpres 2014 dan menjadi Petugas Partai dan “boneka” kekuatan-kekuatan pendukungnya tidak bisa berbuat apa-apa.

66 janji politik 2014. Teronggok, berserakan dan mangkarak. Makanya pada pilpres 2019 ini si Petahana tidak sanggup lagi tebar janji-janji manis.

Meski gagal tunaikan janji-janji Politik nya dan semestinya mengajarkan rasa malu pada bangsa ini.

Baca Juga :  Hukum Era Jokowi, Represif terhadap Ulama dan Anti Islam?

Tapi tanpa salah dan berdosa masih bersemangat untuk tampil lagi pada pilpres tahun ini.

Padahal justru kegagalan nya itu merupakan black campagne (kampanye hitam) atas riwayat kekuasannya. Mesti nya malu, mundur dan tidak calonkan diri kembali.

Tapi apa lacur. Seolah tidak ada rasa malu kalau kejar kursi kepresidenan mesti semakin di lakukan dengan pencitraan seperti pada saat berkunjung ke Lokasi tsunami Banten. Masih sempat membuat foto-foto selfie di saat korban-korban mayat bergelimpangan, baik yang hilang, luka dan rusaknya di lokasi bencana.

Bagaimana bangsa yang begini besar di pimpin oleh seorang yang tidak berempati derita Rakyatnya dan ingin memimpin kembali. Dengan memanfaatkan derita-derita rakyat juga para Wakil-Wakil Rakyat di DPR juga diam seribu bahasa menyaksikan drama konyol seperti itu; hanya karena sang petahana adalah jago mereka dalam koalisi.

Baca Juga :  Aksi Mahasiswa dan Matinya Media Mainstream

Bencana itu persoalan kemanusiaan. Tidak patut dijadikan ajang selfie ria untuk sebuah pemotretan untuk bahan kampanye. Pantas saja sejumlah kritik keras bertebar di medsos ramai.

Maka tidak berpanjang lebar menulis catatan di hari pertama tahun 2019 ini. Mari sebagai anak bangsa yang cinta negeri di pimpin oleh seorang pemimpin berempati pada derita rakyatnya. Bekerja keras, cerdas dan berkualitas mendukung Pemimpin Negara yang di kenal sangat berempati pada derita rakyatnya.

Rekam jejaknya selama tahun 2014 sampai 2018 itu sudah cukup menghantarkan bagi kita semua untuk memilih pemimpin yang bukan petugas partai dan boneka kekuatan tertentu yang sanggup membawa Negeri ini keluar dari seabrek persoalan yang terjadi selama lima tahun ini.

Baca Juga :  Konon Berkampanye di Kereta Komuter

Biar lah pada 17 April 2019 atau 3 bulan ke depan. Kita menentukan pilihan dan dukungan cerdas bagi kemenangan dan masa depan yang lebih baik bagi Rakyat dan Bangsa ini. Jika tidak nasib 5 tahun yang penuh tekanan dan ketidakadilan akan berulang dan bisa bahkan lebih parah lagi.

Loading...

Baca Juga