Oleh : Ical Syamsudin, Aktivis Pegiat Antkorupsi LAKRI
Aktivis Pegiat Anti Korupsi LAKRI, Ical Syamsudin sangat menyesalkan terhadap pernyataan seorang kepala negara Presiden Jokowi dodo yang menyerukan dihadapan sejumlah relawan terkesan provokatif dan berindikasi kepada konflik sipil.
Mengutip pernyataan presiden Jokowi dodo itu pada pidatonya mengatakan demikian,
“Jangan membangun permusuhan, jangan membangun ujaran-ujaran kebencian, jangan membangun fitnah-fitnah. Tidak usah suka mencela, tidak usah suka menjelekkan orang lain. Tapi kalau diajak berantem juga berani,” tandas Presiden Jokowi di Sentul International Convention Center, Bogor, Sabtu (4/8).
Menurut saya, pantaskah
Seorang kepala negara Presiden RI berucap kata seperti itu dihadapan publik para relawan-relawan pendukungnya menjelang pilpres 2019 dan terkesan memprovokasi para pendukungnya itu?. Justru sy sangat menyesal dan mengkhawatirkan terhadap pernyataan Jokowi itu sangat berpotensi terjadinya civil war . Atas sikap perkataan nya itu dikatakan justru malah tidak bermoral dan lebih berbahaya dari terorisme. Saya sependapat apa yg dikatakan politikus senior bidang AntiKorupsi Partai Demokrat Andi Arief itu, bahkan beliau katakan dalam kicauan Twitternya, Sabtu (4/8).
“Harusnya Kapolri menangkap Presiden Jokowi malam ini karena sudah memerintahkan kekerasan yang bisa mengarah perang sipil. Lebih berbahaya ketimbang teorisme.” dalam tulisannya itu.
Saya membenarkan apa yg beliau katakan itu. Harusnya Kapolri menangkap Presiden Jokowi segera, pasalnya kepala negara itu terkesan provokatif dan akan menimbulkan kekerasan yang dapat mengarah kepada perang sipil. Lebih berbahaya ketimbang terorisme.
Kalo pun kita mereview sejarah aksi bela Islam 212 yang sangat dahsyat mobilisasi massa sesungguhnya kala itu bisa saja terjadi peradilan rakyat “pemakzulan” namun anggapan semua itu tidaklah berkehendak sedikitpun niatan utk melakukan tindakan yang dianggap akan menciderai demokrasi namun karena para Ulama dan habaib itu lah yang mengajarkan kesabaran dan menghindari perkelahian. Sedang Jokowi dinilai tidak memilih ajaran itu.
Untuk itu saya berharap dan menghimbau kepada Presiden RI Jokowi dodo segera meminta maaf kepada Rakyat Indonesia atas sikap pernyataannya itu yang terkesan akan menimbulkan kekerasan dan terjadinya civil war seperti yg terjadi di cina dan negara-negara pasca konflik perang sipil, ambil contoh saja Perang Saudara Cina. Konflik di Cina antara Kuomintang (KMT) dan Partai Komunis Cina (PKC). Perang ini berawal pada 1927 setelah Ekspedisi Utara di mana faksi sayap kanan KMT, dipimpin oleh Chiang Kai-shek, melepaskan pihak Komunis dari aliansi KMT-PKT. Konflik utama berakhir secara tak resmi pada tahun 1950 dengan pihak Komunis menguasai Cina Daratan (termasuk Pulau Hainan) dan pihak Nasionalis dibatasi di sisa wilayah mereka di Taiwan, Penghu, dan beberapa pulau-pulau luar Fujian.
Pertanyaan saya, Akankah Negeri kami ini hendak kau ciptakan kondisi hal yang sama, bapak Presiden